Monday, December 29, 2025

Surat Terbuka: Ironi Kaum "Berilmu" dan Budaya Prank Administratif

Kepada Yth. Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarat

Kementrian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

Pertama-tama, izinkan saya mengucapkan "selamat".

Selamat karena Anda berhasil membuat prank yang luar biasa di penghujung tahun 2025 ini. Terima kasih atas kejutan perpanjangan deadline pengusulan penelitian—yang seharusnya ditutup hari ini, 29 Desember 2025 pukul 15.00—menjadi 5 Januari 2026. Pengumuman yang keluar tepat di "ujung tanduk" ini sungguh sebuah mahakarya ketidaktertiban.



Poin tulisan ini bukan soal apakah usulan saya akan diterima atau tidak. Bukan. Ini soal harga diri dan integritas proses.

Tahukah Anda apa yang terjadi di balik layar para pengusul yang taat aturan? Banyak dari kami yang sudah mati-matian "membela-belain" begadang, mengurangi jatah tidur, dan memacu adrenalin di hari-hari terakhir. Kami berpacu dengan waktu, khawatir server down, cemas jaringan bermasalah, demi satu tujuan: Disiplin pada tenggat waktu yang Anda buat sendiri.

Namun, apa balasannya?

Tiba-tiba, di saat kami sudah berdarah-darah menuntaskan kewajiban, Anda dengan entengnya mengulur waktu. Bagi Anda mungkin ini "kebijakan", tapi bagi kami yang taat, ini adalah penghinaan. Anda seolah berkata bahwa menjadi disiplin itu sia-sia, dan menunda-nunda pekerjaan adalah hal yang lumrah.

Mari kita bicara jujur dan sedikit kasar.

Lembaga ini katanya adalah sarang kaum intelektual. Katanya, tempat berkumpulnya orang-orang pintar, bahkan banyak lulusan luar negeri yang gelarnya berderet panjang. Orang-orang yang di sana (di luar negeri) dididik dengan budaya disiplin baja dan sistem yang presisi.

Tapi melihat cara kerja administratif seperti ini, saya jadi bertanya: Di mana letak "otak" dan intelektualitas itu saat diterapkan dalam manajemen?

Maaf, tempat yang katanya diisi orang-orang "berotak" cemerlang ini justru menunjukkan perilaku manajerial yang sangat tidak punya otak. Nol besar dalam empati, nol besar dalam perencanaan.

  1. Inkonsistensi yang Memalukan: Anda menuntut proposal penelitian yang sistematis dan disiplin, tapi Anda sendiri sebagai penyelenggara tidak mampu mendisiplinkan jadwal Anda. Ini adalah seleksi administrasi, ujian pertama ketaatan. Bagaimana kami bisa percaya pada kredibilitas seleksi jika panitianya sendiri plin-plan?

  2. Melestarikan Budaya Buruk: Dengan memperpanjang waktu secara mendadak, Anda sedang memelihara mentalitas "karet". Anda mengajarkan bahwa "tenang saja, nanti juga diperpanjang". Budaya seperti ini terus berulang dan Anda adalah pelestarinnya.

Sungguh ironis. Di atas kertas, Anda adalah kaum terpelajar. Di lapangan, manajemen Anda tak lebih baik dari amatiran yang gagap jadwal.

Silakan nikmati waktu perpanjangan Anda sampai 5 Januari 2026. Kami yang sudah selesai tepat waktu mungkin dianggap "bodoh" karena terlalu rajin, tapi setidaknya kami masih punya integritas untuk menghargai waktu—sesuatu yang tampaknya barang langka di meja kerja Anda.

No comments:

Post a Comment