Wednesday, August 30, 2017

Monday, August 28, 2017

"What is said": Beberapa Versi Teoretisnya (Bagian II)

Sebagaimana telah disebutkan dalam bagian C.2.a., permasa-lahan konsep teoretis “apa yang dikatakan” dan “apa yang dimaksudkan” berkaitan dengan konsep-konsep teoretis yang terdapat dalam istilah “arti kalimat”, “maksud penutur”, dan “arti literal”. Konsep teoretis yang terdapat pada istilah “apa yang dikatakan” menurut Grice merupakan “arti literal tuturan” dan pada saat yang sama menjadi input “apa yang dimaksudkan” oleh penutur dengan tuturannya. Dengan demikian, sebenarnya apa yang dimaksudkan oleh Grice dengan “arti literal” untuk istilah “apa yang dikatakan” adalah konsep arti literal yang artinya sudah diperkaya oleh konteks luas karena dikaitkan dengan “apa yang dimaksudkan” oleh penutur dan apa yang dipahami oleh pendengarnya. Inilah yang dikatakan oleh Recanati (2004) bahwa pengertian Grice tentang “apa yang dikatakan” sebenarnya telah memiliki nosi pragmatik.
Untuk membahas pengertian “apa yang dikatakan” menurut Grice secara lebih rinci, tuturan (13) dapat dijadikan contohnya.

(13)     Saya sudah sarapan.

Dalam kedudukannya yang bebas konteks, penutur bahasa Indonesia mengetahui arti kalimat (13) berdasarkan arti satuan-satuan lingual yang menyusunnya dan pengaturan susunannya. Arti literal kalimat (13) tersebut kurang lebih adalah ‘ada penutur yang merupakan orang pertama telah melakukan satu kegiatan makan di pagi hari’. Penge-tahuan intuitif penutur bahasa Indonesia terhadap arti literal kalimat (13) tersebut relatif sama dari penutur satu ke penutur lainnya. Arti literal tersebut benar-benar bersifat bebas konteks. Penutur bahasa indonesia memiliki pengetahuan intuitif arti literal (13) yang sama terlepas siapapun sebenarnya referen orang pertama tersebut. Akan tetapi, sebagian linguis menyatakan arti tersebut belum dapat dikatakan sebagai “arti kalimat-tipe” (sentence-type meaning) karena satuan lingual saya memerlukan konteks untuk menentukan isinya. Dengan demikian, “arti kalimat-tipe” memasukkan unsur konteks minimal untuk menentukan isi satuan lingual indeksikal. “Arti kalimat-tipe” inilah yang kemudian dipandang sebagai pengemban syarat kebenaran (truth condition bearer).
Untuk membedakannya, jenis arti literal kalimat yang benar-benar bebas konteks diistilahkan dengan “arti kalimat” dan jenis arti literal yang memasukkan konteks minimal untuk satuan lingual indeksikal diberi istilah “apa yang dikatakan”. Karena pengertian “apa yang dikatakan” tersebut merupakan pengertian dalam Semantik Minimalis (SM), maka istilah tersebut dikatakan sebagai ‘apa yang dikatakanMIN’. Hal ini  ini untuk membedakannya dari pengertian lain yang dimiliki oleh istilah “apa yang dikatakan” menurut teori lain. Recanati (2004, 2010) menyatakan bahwa yang secara obligatori memerlukan konteks untuk mengetahui isi tuturan tidak hanya satuan lingual indeksikal. Jika dipahami secara literal, satuan lingual ‘sudah’ dalam (13) mengacu pada waktu yang dimulai dari saat tuturan samapai tak-terbatas sebelumnya, yang berarti bisa kemarin, minggu lalu, setahun yang lalu, atau seabad yang lalu. Tentu saja secara intuitif bukan itu referen yang diacu oleh satuan lingual ‘sudah’ dalam (13). Waktu yang diacu oleh satuan lingual ‘sudah’ dalam (13) secara intuitif bersifat terbatas, yaitu waktu sarapan terdekat sebelum saat tuturan dilakukan. Jika dikaitkan dengan permasalahan keliteralan sebagaimana telah dibahas dalam bagian C.1.c, maka apa yang dikatakan oleh penutur dan dipahami oleh pendengar secara intuitif sebenarnya jauh lebih kaya dari arti konvensional satuan-satuan lingual penyusun suatu tuturan yang dibebaskan dari kontkes. Stern (2006:245) menyatakan bahwa

the intuitively understood truth-conditions, or content, of these utterances – what they intuitively say – is richer than anything determined by the conventional meaning explicitly represented in the actual sentences uttered.

Berdasarkan pemahaman tersebut, apa yang secara intuitif dikatakan oleh penutur dan dipahami oleh pendengar pada hakikatnya lebih dari sekadar arti literal satuan-satuan lingual penyusunnya (arti literal dalam pengertian tradisio-nal). Stern (2006, 2009) memberikan contoh bahwa tuturan (14)

(14)     a.   I had breakfast 
            b.   It’s raining
            c.   You are not going to die (dituturkan oleh seorang ibu pada annaknya yang baru saja tergores jarinya)

memiliki satuan-satuan lingual yang tidak diartikulasikan seperti ditampakkan dengan konstituen di dalam dua kurung dan bergaris bawah dalam (15).

(15)     a.   I had breakfast (today/on some contextually indicated day) 
            b.   It’s raining(here/at some contextually indicated location)
            c.   You are not going to die (now/in the immediate future)

Meskipun tidak diartikulasikan, konstituen bergaris bawah dalam (15) tersebut termasuk unsur-unsur proposisi intuitif (intuitive propositional elements) yang sebenarnya merupakan bagian dari apa yang dikatakan oleh penutur dan dipahami oleh pendengarnya. “Apa yang dikatakan” dalam pengertian tersebut, menurut Stern (2009), adalah non-literal intuitive truth-condition (syarat kebenaran intuitif non-literal). Dikatakan bersifat non-literal karena satuan-satuan lingual tersebut “are not of, or uniquely determined by, the letters or words explicitly and concretely articulated in the sentence uttered on the occasion”.
Berdasarkan pembahasan ini setidaknya ada empat versi konsep teoretis istilah “apa yang dikatakan”. Pertama adalah konsep teoretis yang menyamakan istilah “apa yang dikatakan” dengan pengertian “arti kalimat” yang murni terbebas dari konteks. “Arti kalimat” itu benar-benar diderivasi semata-mata dari prinsip komposisionalitas dan kemurnian semantik. Konsep teoretis ini tidak sedikitpun mengizinkan peran konteks dan “arti kalimat” yang dipahami benar-benar merupakan arti kalimat tipe (sentence-type meaning). Recanati (2004) menyebut konsep teoretis tersebut sebagai literal-truth condition (syarat kebenaran  literal) yang dibedakan dari actual truth-condition (syarat kebenaran aktual). Konsep teoretis ini pada kenyataannya tidak mengacu secara penuh pada meaning kalimat yang secara aktual atau secara konkret dituturkan dan, oleh karena itu, belum mengekspresikan satu proposisi yang utuh atau lengkap (Recanati, 2004). Konsep teoretis ini untuk selanjutnya mengacu pada istilah-istilah “arti kalimat” atau “arti literal kalimat” atau “arti kalimat-tipe” atau “arti literal kalimat-type”. Namun, perlu ditekankan di sini bahwa istilah “arti kalimat”[1] ini tidak seperti pengertian “arti kalimat” yang secara tradisional dihadapkan dengan istilah maksud penutur (speaker’s meaning) sebagaimana sering ditemukan dalam literatur semantik dan pragmatik.
Kedua, istilah “apa yang dikatakan” mengacu pada konsep teoretis “arti kalimat” sebagaimana dibahas pada bagian sebelumnya tetapi sudah diperkaya dengan spesifikasi isi untuk satuan lingual indeksikal. SM adalah teori yang menggunakan konsep teoretis ini. Pada hakikatnya SM tetap berpegang pada prinsip komposisionalitas dan kemurnian semantik dalam menentukan isi semantik (semantic content) sebagai pengemban kebenaran atau proposisinya, dalam hal ini adalah “the literal meaning of type-level sentence” [arti literal pada tataran kalimat sebagai tipe] (Borg, 2004:19-20). Konsep teoretis “apa yang dkatakan” dalam SM berbeda dari konsep teoretis “arti literal kalimat” ketika SM mengakomodasi konteks tertentu untuk menspesifikasi isi satuan lingual indeksikal dalam “apa yang dikatakan”. Pengakomodasian konteks tertentu tersebut dilakukan berdasarkan argumen bahwa satuan lingual indeksikal asli bersifat sensitif terhadap konteks (genuinely context sensitive). SM menyatakan bahwa “apa yang dikatakan” adalah “arti kalimat”, meskipun berbeda dari “arti kalimat” yang tidak mengakomo-dasi konteks untuk satuan lingual indeksikal, dan membedakan “apa yang dikatakan” dengan “apa yang dimaksudkan” dan “maksud penutur”. Yang pertama merupakan ranah semantik dan yang kedua merupakan ranah pragmatik. Pengertian konsep teoretis apa yang dikatakan menurut SM ini disajikan dengan lambang ‘apa yang dikatakanMIN’. SM menilai bahwa selain yang tercakup dalam istilah “apa yang dikatakan MIN” adalah “isi tindak tutur” atau bukan bagian dari apa yang dikatakan secara literal lagi. Konsep teoretis “apa yang dikatakanMIN” menurut SM tersebut dapat disajikan dalam Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Konsep Teoretis Apa yang DikatakanMIN

Ketiga, istilah “apa yang dikatakan” tetap mengacu pada konsep teoretis “apa yang dikatakanMIN” tetapi tidak hanya mengakomodasi konteks untuk satuan lingual indeksikal, tetapi juga konteks yang melatari fleksibilitas semantik seperti dalam (7) dan (8). Meskipun peran konteks untuk satuan indeksikal sama-sama diakomodasi, keduanya memiliki perbedaan signifikan. SM berpendapat bahwa proses saturasi, peran konteks satuan lingual indeksikal dalam menjadikan kalimat sebagai proposisi, secara keseluruhan merupakan bagian proses semantik. Sementara itu, Recanati (2004:136; 2010:20) berpendapat bahwa saturasi bukan lagi bagian proses semantik melainkan sudah merupakan bagian proses pragmatik. Hanya saja saturasi merupakan proses pragmatik yang dikendalikan secara linguistik (linguistically controlled pragmatic process) yang berbeda dari proses pragmatik yang dikendalikan secara pragmatik (pragmatically controlled pragmatic process). Oleh karena itu, konsep teoretis “apa yang dikatakanMIN” menurut SM berbeda secara signifikan dari konsep teoretis “apa yang dikatakanMIN” dalam versi Recanati. Untuk membedakannya, konsep teoretis apa yang dikatakan versi Recanati ditulis ‘apa yang dikatakanMIN-P’, yang berarti bahwa arti “apa yang dikatakan” tetap bersifat minimal tetapi merupakan bagian proses pragmatik. Konsep teoretis “apa yang dikatakanMIN-P” disajikan dalam Gambar 4.4.



Gambar 4.4. Konsep Teoretis Apa yang DikatakanMIN-P

Konsep teoretis “apa yang dikatakan” versi keempat merupakan kelanjutan dari konsep teoretis “apa yang dikatakanMIN-P”. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Recanati (2004, 2010) membedakan antara proses pragmatik yang dikendalikan secara linguistik dan proses pragmatik yang dikendalikan secara pragmatik. Kedua proses pragmatik tersebut masih dikategorikan sebagai proses pragmatik primer (primary pragmatic process). Di dalam proses pragmatik primer, Recanati (2010) mengakui keberterimaan konsep teoretis “apa yang dikatakan” sebagai apa yang secara literal dikatakan. Hal itu meliputi proses saturasi dan fleksibilitas semantik yang bersifat mandatoris. Proses saturasi dan fleksibilitas semantik bersifat mandatoris karena tanpa adanya proses tersebut satuan lingual terkait tidak dapat memberikan kontribusi pada kalimat yang dibentuknya menjadi sebuah proposisi atau syarat kebenaran yang nilainya dapat dievaluasi.
SM menilai hanya proses saturasi yang bersifat mandatoris karena memenuhi prinsip komposisionalitas. Sementara itu, pragmatik kontekstual (selanjutnya ditulis PK) berpendapat bahwa fleksibilitas semantik juga termasuk proses yang bersifat mandatoris meskipun arti yang dihasilkannya melibatkan proses dari-atas-ke-bawah (top down process). Meskipun proses derivasi arti yang memberikan kontribusi pada nilai syarat kebenaran kalimat merupakan proses dari-atas-ke-bawah, fleksibilitas semantik juga masih ditentukan oleh prinsip komposisionali-tas sebagaimana tampak pada tuturan-tuturan  (7) dan (8). Arti satuan lingual memotong dalam (7) ditentukan oleh relasinya dengan satuan lingual lain meskipun arti akhirnya ditentukan oleh konteks yang lebih luas. Begitu juga, satuan lingual besar dalam (8) juga ditentukan oleh relasinya dengan satuan lingual lain meskipun arti akhirnya juga ditentukan oleh konteks yang lebih luas.
Proses saturasi dan fleksibilitas semantik belum memberikan kontribusi secara penuh pada syarat kebenaran intuitif (intuitive truth condition) sebagai pengemban syarat kebenaran. Syarat kebenaran intuitif atau juga disebut syarat kebenaran aktual ini berbeda dari syarat kebenaran literal menurut para minimalisi (Garcia-Carpintero, 2006). Syarat kebenaran intuitif merupakan pengemban kebenaran sebagaimana dipahami oleh penutur suatu bahasa dengan satu tuturan (Recanati, 2004; Stern, 2009). Oleh karena itu, satu ekspresi-tipe dapat memiliki isi proposisi yang berbeda sebagai syarat kebenarannya. Tentu saja syarat kebenaran intuitif ini sangat ditentukan oleh konteks. Agar “apa yang dikatakan” menjadi proposisi yang penuh, konsep teoretis “apa yang dikatakan” juga harus melibatkan konteks yang lebih luas sehingga proposisinya benar-benar merupakan syarat kebenaran yang dapat dievaluasi. Konteks tersebut meliputi pengayaan bebas (free enrichment) yang berfungsi menspesifikasi tempat dan waktu “apa yang dikatakan”. Secara keseluruhan, gabungan antara “apa yang dikatakanMIN-P” dengan proses pengayaan bebas menghasilkan konsep teoretis “apa yang dikatakanPRAG” (Recanati, 2004) sebagaimana disajikan dalam Gambar 4.5.


Gambar 4.5. Konsep Teoretis Apa yang DikatakanPRAG

Meskipun menyetujui bahwa komponen yang memberikan kontribusi pada syarat kebenaran dan syarat kebenaran intuitif adalah pengemban syarat kebenarannya, SL, dalam hal ini diwakili oleh Stern (2000, 2006, 2009), memiliki pandangan yang berbeda dengan konsep teoretis “apa yang dikatakanPRAG”. Stern tidak menyokong pendapat Recanati (PK) bahwa syarat kebenaran intuitif pengemban syarat kebenaran sebagaimana tampak dalam Gambar 4.9. merupakan proses prgamatik. Memang benar bahwa apa yang bervariasi dalam syarat kebenaran intuitif ditentukan oleh konteks. Akan tetapi, Stern (2009:2) menjelaskan variasi syarat kebenaran intuitif tersebut “in terms of underlying semantic structure in accordance with the principles of compositional semantics” [dalam bentuk suatu struktur semantik yang mendasar sesuai dengan prinsip-prinsip semantik kompositional]. Semantik literaris berpendapat bahwa input konteks tidak bersifat otonom – bebas dari kendala linguistik – dalam membentuk pengayaan bebas terhadap apa yang dikatakan, melainkan “is filtered through a more abstract level of linguistic representation that underlies the surface of the concrete sentence uttered” [disaring melalui satu tataran representasi linguistik yang lebih abstrak yang mendasari permukaan kalimat konkret yang dituturkan] (Stern, 2006:245).

Daftar Acuan

Abbott, Barbara. 2010. Reference. Oxford: Oxford University Press.
Akmajian, Adrian; Richard A. Demers; Ann K. Farmer; Robert M. Harnish. 2001. Linguistics:An Introduction to Language and Communication. Edisi ke-5. Cambridge: The MIT Press
Ali Imron Al-Ma’ruf. 2009. “Kajian Stilistika Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari: Perspektif Kritik Holistik”. Disertasi. Tidak dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Allott, N. & Textor, M. 2012. “Lexical pragmatic adjustment and ad hoc concepts”. International Review of Pragmatics,Vol. 4 No.2. hal. 185–208.
Almog, JosephPerry, John dan WettsteinHoward (Eds.). 1989. Themes from Kaplan. Oxford: Oxford University Press.
Austin, J. L. 1961/1996. “Performative utterances”. Dalam A. P. Martinich (Ed.). The Phyloshophy of Language. 3rd Edition.  New York: Oxford University Press. Hal. 120 – 129.
__________ 1962. How To Do Things With Words (The Willian James Lectures delivered at Harvard University in 1955). Oxford: ClaredonPress.
AyerA. J1936/1971Language, Truth, and LogicLondon: Penguin Books.
Ayoob, Emily. 2007. "Black & Davidson on Metaphor," Macalester Journal of Philosophy. Vol. 16: No. 1, hal. 56-64.
Badudu, J. S. dan Zain, Sutan Muhammad. 1996Kamus Umum Bahasa IndonesiaJakartaPustaka Sinar Harapan.
Barsalou, Laurence. 1983. “Ad hoc categories”. Memory & Cognition, Vol.11 No.3. Hal. 211 – 227.
________________. 2010. “Ad hoc categories”. Dalam P.C. Hogan (ed.). The Cambridge Encyclopedia of the Language Sciences. New York: Cambridge University Press. Hal. 86–87
Bezuidenhout, A. 2001. “Metaphor and what is said: a defense of a direct expression view of metaphor. Dalam P. A. French dan H. K. Wettstein (eds.), Midwest Studies in Philosophy (Vol.25): Figurative Language. Boston: Blackwell. Hal.156–186.
Black, M. 1979/1993. More on Metaphor. Dalam Ortony, A (ed.). Metaphor & Thought . Cambridge: Cambridge University Press.
Blackburn, Simon. 2005. Truth: A Guide for the Perplexed. London: Penguin.
Bloomfield, Leonard. 1933. Language. New York: Henry Holt
Boeckx, Cedric. 2006. Linguistic Minimalism: Origins, Concepts, Methods, and Aims. Oxford: Oxford University Press
Borg, Emma. 2001. “An expedition abroad: metaphor, thought, and reporting”. Dalam P. French dan H Wettstein (eds.). Studies in Philosophy XXV. Oxford: Blackwell. Hal. 227-248
___________  2004. Minimal Semantics. Oxford: Oxford University Press
___________ 2007. “Minimalism versus Contextualism in Semantics”. Dalam Gerhard Preyer dan Georg Peter (eds.). Context-Sensitivity and Semantic Minimalism: New Essays on Semantics and Pragmatics. Oxford: Oxford University Press
Bӧrjesson, Kristin. 2011. “The Notions of Literal and Non-literal Meaning in Semantics and Pragmatics”DisertasiDer Philologischen Fakultat, der Universitat Leipzig
Bowerman, M. 1976. “Semantic factors in the acquisition of rules for word use and sentence construction”. Dalam Morehead, D dan Morehead, A (Eds.). Directions In Normal and Deficient Language Development. Baltimore: University Park Press.
Brown, Harold I. 2007. Conceptual Systems. London: Routledge
Bühler, Karl. 1934/2011. Theory of Language: The representational function of language. Amsterdam: John Benjamins.
Camp, Elisabeth. 2005. “Josef Stern, Metaphor in Context”. NOUS. Vol. 39, No.4, hal. 715–731
_____________ 2006a. “Contextualism, metaphor, and what is said”. Mind & Language. Vol. 21, No. 3, hal. 280–309.
_____________ 2006b. “Metaphor in the mind: the cognition of metaphorPhilosophy Compass. Vol. 1, No.2, hal. 154–170
CampbellJ. K; O’Rourke, M; dan Shier, D. (eds.) 2002Meaning and Truth: Investigations in Philosophical SemanticsNew York: Seven Bridges Press
CappelanHerman dan Lepore, Ernie. 2005Insensitive Semantics: A Defence of Semantic Minimalism and Speech Act PluralismOxfordBlackwell
Carnap, Rudolf. 1942. Introduction to SemanticsMassachusette: Harvard University Press
______________ 1956. “A methodological character of theoretical concept”. Dalam Feigl, Herbert dan Scriven, Michael (eds.) The Foundations of Science and the Concepts of Psychology and Psychoanalysis.Minneapolis: University of Minnesota
Carston, Robyn. 1997. “Enrichment and Loosening: Complementary Processes in Deriving the Proposition Expressed?”. Dalam  Eckard Rolf (ed.). Pragmatik: Implikaturen und SprechateVS Verlag für Sozialwissenschaften, hal. 103- 127.
_____________ 2010a. “Lexical pragmaticsad hoc concepts and metaphorfrom a relevance theory perspective”Italian Journal of Linguistics. Vol, 22, No. 1, hal. 153 - 180.
_____________ 2010b. “Metaphor: Ad Hoc Concepts, Literal Meaning, and Mental Image”Proceedings of The Aristotelian Society. Vol. CX, Part. 3, hal. 297- 323.
_____________ 2012. “Metaphor and the literal/nonliteral distinction”. Dalam K Allan dan K.K. Jaszczolt(eds.). The Cambridge Handbook of Pragmatics. Cambridge : Cambridge University Press
Chapman, Siobhan. 2000. Philosophy for Linguists: An Introduction. London: Routledge
________________ 2008. Language and Empiricism: After the Vienna Circle. New York: Palgrave Macmillan
Chi, Michelene T. H. dan Roscoe, Rod D. 2002. “The Process and Challenges of Conceptual Change”. Dalam Limón, Margarita dan Mason, Lucia (eds). Reconsidering Conceptual Change: Issues in Theory and Practice. New York: Kluwer Academic Publisher
Chomsky, Noam. 1957. Syntactic Structures. Paris: Mouton.
______________ 1965. Aspects  of  the Theory of  Syntax. Cambridge: MIT Press
______________ 1995. Minimalist Program. Cambridge: MIT Press
Churchland, P. 1988. Matter and Consciousness. Cambridge: MIT Press/Bradford Books
Clausner, Timothy C. dan Croft, William. 1999. “Domains and image schemas”. Cognitive Linguistics. Vol. 10 No.1. hal. 1 – 31
Cohen, Ted. 2008. Thinking of Other: On the Talent for Metaphor. Princeton: Princeton University Press.
Cohen, L. J. 1979/1993. The Semantics of Metaphor. Dalam Ortony, A (ed.). Metaphor & Thought . Cambridge: Cambridge University Press.
Cook, John W. 1999. Wittgenstein, Empiricism, and Language. Oxford: Oxford University Press.
Cooper, David E. 2003. Meaning. Chesham: Acuman Publishing
Croft, William dan Cruse, Alan D. 2004. Cognitive Linguistics. Cambridge: CUP
Cruse, Alan. 2006. A Glossary of Semantics and Pragmatics. Edinburg: Edinburg University Press
Cummins, Robert. 2002. “Truth and meaning”. Dalam CampbellJ. K; O’Rourke, M; dan Shier, D(eds.)Meaning and Truth: Investigations in Philosophical SemanticsNew York: Seven Bridges Press.
Dafrizal dan Faridah Ibrahim. 2010. “Pembingkaian Metafora dan Isu Terorisme: Satu Interpretasi Konseptual”. CoverAge, Vol. 1, No. 1. hal. 33–45
Davidson, Donal. 1984. Inquiries into Truth and Interpretation. Oxford: Oxford University Press
______________ 1968/1984. “On saying that”. Dalam D. Davidson . Inquiries into Truth and Interpretation. Oxford: Oxford University Press
______________ 2005. Truth and Predication. Cambridge: The Belknap Press of Havard University Press
Davis, Wayne A. 2005. Nondescriptive Meaning and Reference: An Ideational Reference. Oxford: Claredon Press.
Dinneen, Francis P. 1995. General Linguistics. Washington: Georgetown University Press.
Dummett, Michael. 1976/2005. “What is a theory of meaning”. Dalam Evans, Gareth dan McDowell, John. (eds.). Truth and Meaning: Essays in Semantics. Oxford: Clarendon Press. Hal. 67-137.
Edi Subroto, D. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: UNS Press
______________ 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik (Buku 1, Pengantar Studi Semantik).Surakarta: Cakrawala Media
Evans, Gareth dan McDowell, John. 1976/2005. “Introduction”. Dalam  Gareth Evans dan John McDowell (eds.). Truth and Meaning: Essays in Semantics. Oxford: Clarendon Press.
Evans, Vyvyan dan Green, Melanie. 2006. Cognitive Linguistics: An Introduction. Edinburgh: Edinburgh University Press
Evans, Vyvyan. 2009. Lexical Concepts, Cognitive Models, and Meaning Construction. Oxford: Oxford University Press
_____________ 2011. “Language and cognition: the view from cognitive linguistics”. Dalam Vivian Cook dan Benedetta Basetti (eds.). Language and Bilingual Cognition. New York: Francis and Taylor. Hal. 69-108
______________ 2013. “Metaphor, lexical concepts and figurative meaning construction”. Cognitive Semiotics.http://www.vyvevans.net/#Papers
Endro Sutrisno. 2007. “Metafora dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA: Studi Kasus di tiga SMA di Surabaya”. Disertasi. Tidak dipublikasikan. Pascasarajana, Universitas Sebelas Maret.
Fillmore, Charles J. 1982. “Frame semantics”. Dalam The Linguistic Society of Korea (ed.). Linguistics in the Morning Calm: Selected Papers from SICOL-1981. Seoul: Hanshin. Hal.111–37
Finke, R.A. 1989. Principles of Mental Imagery. Cambridge: MIT Press
Fetzer, Anita. 2011. “Pragmatics as a linguistic concept”. Dalam Bublitz, Wolfram dan Norrick, Neal R (eds).Foundations of PragmaticsBerlin: De Gruyter Mouton. Hal. 23 – 50.
Fodor, Jerry. A. 1983. The Modularity of Mind. Cambridge: MIT Press
Fogelin, R. J. 1988. Figuratively Speaking. New Haven: Yale University Press
Forrester, Stefan. 2010. “Theories of metaphor in seventeenth and eighteenth-century British philosophy”.Literature Compas. Vol. 7 No. 8. Hal. 610-625.
FregeGottlob1914/1979“Logic in Mathematics” (Terj. P. Long dan R. White)Dalam H. Hermes, F. Kambartel, dan F Kaulbach (eds.). Gottlob Frege. Posthumous Witings. Oxford: Basil Blackwell
____________ 1892/1996. “On sense and nominatum”. Dalam A. P. Martinich (Ed.). The Phyloshophy of Language. 3rd Edition.  New York: Oxford University Press. Hal. 186-198.
Garcia-CarpinteroManuel2006. “Recanati on the semantics/pragmatics distinction”. CRITICA. Vol. 38, No.112, hal .35-68
Gärdenfors, Peter. 1999. “Some tenets of Cognitive Semantics”. Dalam Allwood, Jens dan Gärdenfors, Peter (eds.). Cognitive Semantics: Meaning and Cognition. Amsterdam: John Benjamin. Hal. 19–36.
Geary, James. 2011. I Is an Other: The Secret Life of Metaphor and How It Shapes the Way We See the World. Ney York: Harper Collins.
Geeraerts, Dirk. 2006. “Introduction: a rough guide to Cognitive Linguistics”. Dalam Geeraerts, Dirk (ed.).Cognitive Linguistics: Basic Readings. Ney York: Mouton de Gruyter. Hal. 1–28
Gibbs, Raymond W. 1996“Why many concepts are metaphorical”. Cognition, 61. Hal. 309-319Elsevier.
_________________ 1994. The poetics of Mind: Figurative Thought, Language, and Understanding. Cambridge: Cambridge University Press
_________________ 2004Intentions in the Experience of Meaning. Cambridge: Cambridge University Press
_________________ (Ed.). 2008. The Cambridge Handbook of Metaphor and Thought. Cambridge: Cambridge University Press.
Gibbs, Raymond W dan Gerard J. Steen (eds.). 1997. Metaphor in Cognitive Linguistics. Amsterdam: John Benjamins.
Gibson, Martha I. 2004. From Naming to Saying. London: Blackwell
Giere, Ronald N. 2000. “Theories”. Dalam Newton-Smith, W. H (ed.) A  Companion  to the Philosophy of  Science. London: Blackwell
Glucksberg, Sam. 2001. Understanding Figurative Language: from Metaphors to Idioms. Oxford: Oxford University Press
Grice, H. P. 1957/1996. “Meaning”. Dalam A. P. Martinich (Ed.). The Phyloshophy of Language. 3rd Edition.  New York: Oxford University Press. Hal. 85 -91.
_________ 1969. “Utterer’s meaning and intention”. The Philosophical Review. Vol. 78, No. 2. Hal. 147-177
_________ 1975/1996. “Logic and conversation”. Dalam A. P. Martinich (Ed.). The Phyloshophy of Language. 3rd Edition.  New York: Oxford University Press. Hal. 156-167.
Goatly, Andrew. 1997. The Language of Metaphors. London: Routledge.
Haack, Susan. 1978. Philosophy of Logics. Cambridge: Cambridge University Press
Haiman, John. 1980. "Dictionaries and encyclopaedias". Lingua, 50. 377-88.
Haley, Michael Cabot. 1980. Concrete Abstraction: The Linguistic Universe of Metaphor. Dalam Ching, Marvin K. L, Haley, Michale C, dan Lunsford, Ronald F. Linguistic Perspective on Literature. London: Roudledge & Kegan Paul..
___________________ 1988. The Semeiosis of Poetic Metaphor. Bloomington: Indiana University Press.
Hanks, Patrick. 2006. “Metaphoricity is gradable”. Dalam Anatol Stefanowitsch dan Stefan Th. Gries (eds.).Corpus-based Approaches to Metaphor and Metonymy. New York: Mouton de Gruyter.
Hayes –Roth, Frederick. 1971. The Stiructure of Concepts. Cambridge: MIT Press
Hempel, Carl G. 1958. “The theoretician’s dilemma: a study in the logic of theory construction”. Dalam Feigl, Herbert; Scriven, Michael; dan Maxwell, Grover. (eds.) Concepts, Theories, and the Mind-Body Problem. Minneapolis: University of Minnesota
Haugh, Michael. 2002. “The intuitive basis of impliature: relevance theoretic implicitness versus Gricean implying”. Pragmatics. Vol. 12, No. 2, hal .117-134 
Hillix, William   A. dan L’Abate,  Luciano. 2012. “The Role of Paradigms in Science and Theory Construction”. Dalam L’Abate,  Luciano (ed.). Paradigms in Theory Construction. New York: Springer
Hiraga, Masako K. 2005. Metaphor and Iconocity: A Cognitive approach to analyzing text. New York: Palgrave Macmillan.
Hodges, Wilfrid. 1998. “Compositionality is not the problem”. Logic and Logical Philosophy. Vol. 6; hal. 7-33
Hurford, James R., Brendan Heasley, dan Michael B. Smith. 1984/2007. Semantics: A coursebook. (Edisi ke-2). Cambridge: Cambridge University Press
Iten, Corrine. 2005. Linguistic Meaning, Truth Conditions, and Relevance: The Case of Concessives. New York: Palgrave Macmillan
Jaccard, James dan Jacoby, Jacob. 2010. Theory Construction and Model-Building Skills: A Practical Guide for Social Scientists. New York: Guidford Press
Jackendoff,  Ray. 1983. Semantics and Cognition. Michigan: MIT Press.
______________ 1989. “What  is a  concept,  that a person may grasp it?” Mind and language. Vol. 4, No. 1, hal. 69-102.
______________ 2002Foundations of Language: Brain, Meaning, Grammar, EvolutionOxford: Oxford University Press.
Jakobson, Roman. 1956/1980. “Metalanguage as a linguistic problem” dalam Roman Jakobson, The Framework of Language. Michigan: Michigan Studies in the Humanities.
Johnson, Mark. 2005. “The philosophical significance of image schemas”. Dalam  Beate Hampe (ed.) bekerja sama dengan Joseph E. Grady. From Perception to Meaning:Image Schemas in Cognitive Linguistics. Berlin: Mouton de Gruyter
Kaplan, David. 1975/1996. “Dthat”. Dalam A. P. Martinich (Ed.). The Phyloshophy of Language. 3rd Edition.  New York: Oxford University Press.
____________ 1977/1989. “Demonstratives: an essay on the semantics, logics, metaphysics, and epistemology of demonstratives and other indexicals”. Dalam Joseph Almog, John Perry, dan Howard Wettstein (Eds.). Themes from Kaplan. Oxford: Oxford University Press.
Kadmon, N. 2001. Formal Semantics: Semantics, Pragmatics, Presupposition, and Focus. Oxford: Blackwell.
Katz, Albert N; Cacciari, Cristina; Gibbs, Raymond W; Turner, Mark. 1998. Figurative Language and Thought.  New York: Oxford University Press.
KearnsKate2000Semantics.  New York: Palgrave Macmillan.
Khairina Nasution. 2008. “Metafora dalam Bahasa Mandailing: Persepsi Masyarakat Penuturnya”. Linguistik Indonesia, Tahun ke 26, No. 1. Hal. 75–87
Kohtari, 2004. Research Methodology: Methods and Techniques. New Delhi: New Age International.
Kövecses, Zoltán. 2000. Metaphor and Emotion: Language, Culture, and Body in Human Feeling. Cambridge: Cambridge University Press.
______________ 2002. Metaphor: A Practical Introduction (1st Edition). Oxford: Oxford University Press.
______________ 2005. Metaphor in Culture: Universality and Variation. Cambridge: Cambridge University Press.
______________ 2010. Metaphor: A Practical Introduction (2nd Edition). Oxford: Oxford University Press.
KrachtMarkus. 2011Interpreted Language and CompositionalityNew YorkSpringer.
Lakoff, George dan Mark Johnson. 1980. Metaphors We Live By. Chicago:University of Chicago Press
Lakoff, George. 1991. “Cognitive versus generative linguistics: how commitments influence results”. Language and CommunicationVol11, No.1/2. Hal. 53-62
_____________ 1993. “The comtemporary theory of metaphor”. Dalam Andrew Ortony (ed.). Metaphor and Thought (2nd Edition). Cambridge: Cambridge University Press.
Langacker, Ronald W. 1987. Foundations of Cognitive Grammar. Vol. I. Stanford: Standford University Press
__________________ 2000a. Grammar and Conceptualization. Berlin and New York: Mouton de Gruyter.
__________________ 2000b. “Why a mind is necessary: conceptualization, grammar, dan linguistic semantics”. Dalam Liliana Albertazzi (ed.). Meaning and CognitionAmsterdamJohn Benjamins Publishing.
__________________ 2008. Cognitive Grammar: A Basic Introduction. Oxford: Oxford University Press.
__________________ 2009. Investigation in Cognitive Grammar. Berlin and New York: Mouton de Gruyter.
Larkin, Shirley. 2010. Metacognition in Young Children. London: Roudledge
Leech, Geoffrey. 1974/1981. Semantics: The Study of Meaning. Edisi ke-2. Middlesex: Penguin Books
Leezenberg, Michiel. 2001. Contexts of Metaphor. Amsterdam: Elsevier.
LeibnizGottfried Wilhelm von1765/1981New Essays on Human UnderstandingTerjemahan oleh Peter Remnant dan Jonathan Bennett. CambridgeCambridge University Press.
Lubis, Syahron. 2009. “Penerjemahan Teks Mangupa dari Bahasa mandailing ke Bahasa Inggris”. Disertasi. Tidak dipublikasikan. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Lunsford, Ronald F. 1980. Byron’s Spacial Metaphor: A Psycholinguistic Approach. Dalam Ching, Marvin K. L, Haley, Michale C, dan Lunsford, Ronald F. Linguistic Perspective on Literature. London: Roudledge & Kegan Paul.
Lycan, William G. 2000. Philosophy of Language: Contemporary Introduction. London: Routledge.
Lyons, J. 1987. “Semantics.” Dalam J. Lyons (ed.). New Horizons in linguistics.Vol. 2. London: Penguin. Hal. 152-178.
Margolis, Eric and Laurence, Stephen. 2012. "Concepts". Dalam Edward N. Zalta (ed.) The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Fall 2012 Edition)., URL = .
Mason, Jennifer. 1996. Qualitative Researching. London: Sage Publication
Mathiessen, C. M. I. M. 2009. “Ideas and new direction” dalam Halliday, M. A. K dan Webster, Jonathan (eds).Continuum Companion to Systemic Functional Linguistics. New York: Continuum
Mathiessen, C. M. I. M; Teruya, Kazihiro; dan Lam, Marvin. 2010. Key Terms in Systemic Functional Linguistics. New York: Continuum
Merriam-Webster Dictionary.http://www.merriam-webster.com/dictionary
Maykut, Pamela dan Morehouse, Richard. 1994. Beginning Qualitative Research: A Philosophic and Practical Guide. London: The Falmer Press.
McDowell, John. 1976/2005. “Truth conditions, bivalence, and verificationism”. Dalam Gareth Evans dan John McDowell (eds.). Truth and Meaning: Essays in Semantics. Oxford: Clarendon Press
McGlone, Matthew S. 2007. “What is the explanatory value of a conceptual metaphor”. Language and Communication, Vol.27, Hal. 109–126.
Mill, John Stuart. 1882/2009. A System of Logic: Ratioconative and Inductive. Edisi ke-8. New York: Harper and Brothers
Morris, Michael. 2007. An Introduction to the Philosophy of Language. Cambridge: Cambridge University Press
Moss, Helen E; Tyler, Lorraine K; dan Taylor, Kirsten I2007. “Conceptual structure”. Dalam M. Gareth Gaskell (ed.) Oxford Handbook of PsycholinguisticsOxford: Oxford University Press, hal. 217-234
Nerlich, Brigitte dan David D. Clarke. 2001. “Mind, meaning, and metaphor: the philosophy and psychology of metaphor in 19th century Germany”. History of the Human Sciences, Vol.14, No.2, Hal.39–61
Newman, Sara J. 2001. “Aristotle’s definition of rethoric in the Rethoric: the metaphors and their message”.Written Communication, Vol.18, No.1, Hal. 3–25.
Obitko, Marek. 2007. “Translations between Ontologies in Multi-Agent Systems”. Ph.D. dissertation. Faculty of Electrical Engineering, Czech Technical University in Prague.
Ogden, C. K dan Richards, I. A. 1923/1946. The Meaning of Meaning: A Study of the Influence of Language upon Thought and of the Science of Symbolism. Edisi ke-8. New York: A Harvest Book
Panther, Klaus-Uwe dan Radden, Gunter. 2011. “Introduction: reflection on motivation revisited”. Dalam Panther, Klaus-Uwe dan Radden, Gunter  (eds.). Motivation in Grammar and the Lexicon. Amsterdam: John Benjamins Publishing. Hal. 1–26.
Partee, Barbara H. 2004. Compositionality in Formal Semantics: Selected Papers by Barbara H. Partee . Oxford: Blackwell
Patterson, Douglas. 2012. Alfred Tarski: Philosophy of Language and Logic. New York: Palgrave Macmillan
Potts, Christopher. 2005. The Logic of Conventional Implicatures. Oxford: Oxford University Press
PrandiMichele2004The Building Blocks of Meaning: Ideas for a Philosophical GrammarAmsterdamJohn Benjamins Publishing
PredelliStefano2001Contexts: Meaning, Truth, and the Use of LanguageOxfordClaredon Press
Putnam, Hilary. 1975. Mind, Language, and Reality: Philosophical Papers. Vol.2. Cambridge: CUP.
Quine, Willard Van Orman. 1953/1961. From A Logical Point of View. Edisi ke-2. New York: Harper Torchbooks
______________________ 1960. Word and Object. Cambridge: MIT Press
______________________ 1970/1986. Philosophy of Logic. Edisi ke-2. New York: Harper Torchbooks
Rand, Ayn. 1966. Introduction to Objectivist Epistemology. New York: A Meridian Book
Recanati, Francois. 2004. Literal Meaning. Oxford: Oxford University Press.
_______________ 2005. “Literalism and contextualism: some varieties”. Dalam Gerhard Preyer dan Georg Peter (eds.). Contextualism in Philosophy: Knowledge, Meaning, and Truth. Oxford: Clarendon Press
_______________ 2007. Perspectival Thought: A Plea for (Moderate) Relativism. Oxford: Oxford University Press.
_______________ 2010. Truth Conditonal Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.
Riemer, Nick. 2010. Introducing Semantics. Cambridge: Cambridge University Press.
Romero, Esther dan SoriaBelen. 2003Cognitive Metaphor Theory Revisited. Makalah disajikan pada the II Latin Meeting for Analytic Philosophy in Aix en Provence (13-15 November 2003).
____________________________ 2007aMetaphors: What is Said or What is Implicated?. Makalah disajikan pada the Riga Conference on Metaphor dan the 15th Annual Meeting of the ESSP di Geneva.
____________________________ 2007b“A View of Novel Metaphor in the Light of Recanati’s Proposals”.Dalam María José Frápolli (ed.). Saying, Meaning and Referring: Essays on François Recanati's Philosophy of Language. New York: Palgrave Macmillan. (hal. 145-159)
Rohrer, Tim. 2007. “Embodiment and experientialism”. Dalam Dirk Geeraerts dan  Hubert Cuyckens. The Oxford Handbook Of Cognitive Linguistics. Oxford: Oxfor University Press. Hal. 25 – 47.
Rudi Hartono. 2011. “Penerjemahan Idiom dan Gaya Bahasa (Metafora, Kiasan, Personifikasi, Aliterasi) dalam Novel  ‘To Kill a Mockingbird’ Karya Harper Lee dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia (Pendekatan Kritik Holistik)”. Disertasi. Tidak dipublikasikan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Ruhl, Charles. 1989. On Monosemy: A Study in Linguistic Semantics. NewYork: State University of New York Press.
Russell, Bertrand. 1922/2001. “Introduction” dalam Wittgenstein,  Ludwig Tractatus Logico-Philosophicus. Terjemahan oleh D. F. Pears dan B. F. McGuinness.  London: Roudledge.
Saeed, John I. 2003. SemanticsEdisi ke-2. London: Blackwell.
Sauerland, Uli dan Stateva, Penka. 2007. “Introduction”. Dalam Uli Sauerland dan Penka Stateva (eds.).Presupposition and Implicature in Compositional Semantics.  New York: Palgrave Macmillan
Schartz, Bennett L. dan Perfect, Timothy J. 2004. “Introduction: toward and applied metacognition”. Dalam Perfect, Timothy J. dan Schartz, Bennett L. (eds.). Appled Metacognition. Cambridge: Cambridge University Press.
Schiappa, Edward. 2003. Defining Reality Definitions and the Politics of Meaning. Carbondale: Southern Illinois University Press
Searle, John R. 1978. “Literal meaning”. ErkenntnisVol. 13.  Hal. 207-224
___________ 1975/1996. “Indirect speech act”. Dalam A. P. Martinich (Ed.). The Phyloshophy of Language. (3rd Edition).  New York: Oxford University Press.
___________ 1975/1996. “Indirect speech act”. Dalam A. P. Martinich (Ed.). The Phyloshophy of Language. (3rd Edition).  New York: Oxford University Press.
___________ 1979/1993. “Metaphor”. Dalam Ortony, Andrew (ed.). Metaphor and Thought. 2nd edition. Cambridge: Cambridge University Press.
___________ 2008Philosophy in A New Century: Selected EssaysCambridge: Cambridge University Press.
Smith, L. 1986. Behaviorism and Logical Positivism: A Reassessment of Their Alliance. Stanford: Stanford University Press.
Speaks, Jeff. 2011. "Theories of Meaning", The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Summer 2011 Edition), Edward N. Zalta (ed.), URL = .
Sperber, Dan dan Wilson, Deirdre. 1995. Relevance: Communication and Cognition. Edisi ke-2. Oxford: Blackwell.
Stern, Josef. 2000. Metaphor in Context. Cambridge: The MIT Press.
__________ 2006. “Metaphor, literal, literalism”. Mind and Language, Vol.21, No.3, Hal.243–279.
__________ 2009. “Metaphor and minimalism”. Philos StudSpringer, DOI 10.1007/s11098-009-9486-3
Sudaryanto. 1983. Predikat-Objek dalam Bahasa Indonesia: Keselarasan Pola-Urutan. Jakata: Djambatan.
__________ 1993. Metode dan Aneka Teknis Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press
__________ 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press
Talmy, Leonard. 2000. Toward A Cognitive Semantics Volume I: Concept Structuring Systems. Cambridge: MIT Press
Tarski, Alfred. 1944/1986. “The semantic conception of truth and the foundations of semantics”. DalamDalam A. P. Martinich (Ed.). The Phyloshophy of Language. 3rd Edition.  New York: Oxford University Press. Hal. 61 – 84.
____________ 1956. Logic, Semantics, Metamathematics: Papers from 1923 to 1938. Terjemahan oleh J. H. Woodger. Oxford: The Claredon Press
Tendahl, Markus. 2009. A Hybrid Theory of Metaphor: Relevance Theory and Cognitive Linguistics. Hampshire:Palgrave Macmillan
Verhaar, J. W. M. 1970. Teori Linguistik dan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius.
Verhagen, Arie. 2007. “Construal And Perspectivization”. Dalam Dirk Geeraerts dan  Hubert Cuyckens. The Oxford Handbook Of Cognitive Linguistics. Oxford: Oxfor University Press.
Vygotsky, Lev. 1934/1986. Language and Thought. Massachusette: MIT Press
Wahab, Abdul. 1991. Isu Linguistik: Pengajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: Airlangga University Press.
Weiskopf, Daniel A. 2011. “The theory theory of concepts”. Internet Encyclopedia of Philosphy. http://www.iep.utm.edu/th-th-co/  diakses 14 Mei 2011
Wilson, D. dan Sperber, D. 2000. “Truthfulness and Relevance” UCL Working Papers in Linguistics , Vol. 12,  hal. 215-254.
Wittgenstein,  Ludwig. 1922/2001. Tractatus Logico-Philosophicus. (Dengan Pengantar dari Bertrand Russell). Terjemahan oleh D. F. Pears dan B. F. McGuinness.  London: Roudledge.
____________________ 1953/1986. Philosophical  Investigations (edisi ke-2). Terjemahan oleh G.  E.  M.  Anscombe dari tulisan Wittgenstein 1945-1949. Oxford: Basil Blackwell.
Wijana, I Dewa Putu. 1997. “Slogan sebagai wacana persuasif: Studi kasus wacana kampanye pemilihan BEM dan SM Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1996”. Humaniora. Vol.IV. Hal. 26-31.

Zaimar, Okke Kusuma Sumantri. 2002. “Majas dan pembentukannya”. Makara, Sosial Humaniora. Vol. 6, No. 2, hal. 45–57.


[1] Pengertian ini akan dibahas lebih rinci dalam ancangan teori lokus makna dan kebermaknaan ekspresi lingual yang diajukan dalam penelitian ini sebagai kebermaknaan kalimat dalam konteks semantik dunia kemungkinan.